Sabtu, 24 Juli 2010

Investor Cemas Uji Stress Terlalu Mudah Bagi Hutang Pemerintah

Hampi semua bank di Eropa lulus uji stress namun investor tetap cemas terhadap metodenya yang dianggap terlalu mudah. Beberapa bank yang gagal adalah bank di Jerman HRE, bank Yunani Atebank dan bank Spanyol Banca Civica, kebanyakan bank lulus ujian, menurut hasil. Namun apa yang mengkhawatirakan adalah uji stress tidak menyertakan kemungkinan bangkrutnya pemerintah. Mereka tidak mencantumkan pengurangan pada nilai hutang pemerintah yang diklasifikasi sebagai “hold to maturity,” hanya mengasumsikan kemungkinan kerugian kepemilikan obligasi daalam portofolio. Ketika obligasi pemerintah sebagai aset perdagangan turun harganya di pasar, bank harus menandai aset tersebut dengan harga yang rendah untuk kepentingan neraca. Uji stress mengasumsikan bank akan menderita kerugian berdasarkan harga pasar, setinggi 23.1% dalam kasus hutang Yunani pada protofolionya. Saham di Eropa dan AS terayun kencang ketika hasil uji stress keluar. Euro melemah tajam terhadap dolar.
 
Inggris Cukup Tangguh Menghadapi Pemangkasan Defisit
 
Pound menguat setelah data pemerintah menunjukkan ekonomi Inggris mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam empat tahun terakhir di kuartal kedua. Kantor stastitik nasioal menyebutkan pertumbuhan GDP kwartal kedua naik hingga 1.1%; lebih tinggi dari prediksi 0.6% dan publikasi sebelumnya 0.3%. “Publikasi GDP Inggris sangat bagus,” papar Lutz Karpowitz, strategis Commerzbank AG. “Pasar memang mengharapkan data yang lebih baik, namun publikasi memberikan data yang sangat baik sehingga sterling menguat tajam,” kata Ian Stannard, strategis BNP Paribas. Ekonomi Inggris cukup tangguh menghadapi pemangkasan anggaran terbesar sejak Perang Dunia II dan krisis utang pemerintah Eropa. Perdana Menteri David Cameron telah menyatakan akan menyelesaikan masalah ekonomi dan keuangan setelah Men Keuangan George Osborne mempublikasi anggaran pada 22 Juni.

Penguatan Yen Dapat Membahayakan Ekonomi Jepang
 
Pejabat pemerintahan Jepang kembali mensinyalkan potensi bahaya penguatan yen bagi pertumbuhan ekonomi negara terbesar kedua di dunia; sehingga menimbulkan persepsi akan kebijakan pencegahan apresiasi mata uang. “Anjloknya harga saham atau penguatan yen dapat melukai ekonomi karena Jepang bergantung kepada permintaan luar negeri,” kata Men Strategis Nasional Satoshi Arai di Tokyo. Pejabat kabinet pemerintahan Jepang, Keisuke Tsumura, mengutarakan apresiasi yen belakangan ini terlampau drastis. Petinggi perusahaan mulai dari Sony Corp (salah satu produsen elektronik terbesar dunia) hingga Nippon Yusen (perusahaan jasa pengiriman terbesar di Jepang) juga menyatakan penguatan yen sebaiknya tidak berlanjut. Macquarie Research menulis pemerintah Jepang akan mengintervensi pasar valas dan bank sentral akan menyuntikkan dana tambahan ke dalam sistem keuangan.

Sumber : Team Analysis Monex

0 komentar:

Posting Komentar

◄ New Post Old Post ►