Tampilkan postingan dengan label Krisis ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Krisis ekonomi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 November 2008

Dari Pertemuan G-20 - MCB

Berikut tulisan saya di Harian Bisnis Indonesia, Rabu 20 November, 2008,
hal 1

Angin segar dari pertemuan G-20

National Building Museum, Washington DC, 15 2008. Di gedung yang dibangun pada 1882-1887 ini dilangsungkan pertemuan kepala negara dari G-20. Sebuah perhelatan yang ditunggu oleh banyak pihak. Banyak yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap hasil pertemuan ini. Tak sepenuhnya salah. Dunia saat ini membutuhkan jawaban. Berbagai pernyataan dan pandangan muncul. Selengkapnya

Minggu, 19 Oktober 2008

Mengurangi Multiplier Kecemasan-MCB

Berikut adalah tulisan saya di Harian Kompas, tanggal 20 Oktober 2008, hal 1

Mengurangi "Multiplier" Kecemasan

M Chatib Basri

Amerika Serikat hari ini adalah negeri yang cemas dan panik. Gejolak keuangan telah membawa akibat bangkrutnya banyak lembaga keuangan di sana. Akibatnya, neraca (balance sheet) berbagai lembaga keuangan mengalami tekanan. Perbankan membutuhkan injeksi modal untuk rekapitalisasi.

Kecemasan ini saya rasakan awal Oktober di Brookings Institution di Washington DC, AS, ketika duduk bersama sejumlah ekonom di dalam Asian Economic Panel. Dalam sesi yang dipimpin Jeffrey Sachs itu dijelaskan betapa muramnya situasi di AS. Martin Bailey, penasihat ekonomi Presiden Clinton, berbicara: AS akan mengalami pertumbuhan negatif sampai dengan paruh kedua 2009. Tak berhenti di sana, AS juga ”mengekspor” kecemasan, kepanikan, dan kerugian ke seluruh dunia. Selengkapnya

Mengkaji 5 jurus antisipasi krisis-MCB

Nerikut tulisan saya di Bisnis Indonesia, Hari Jumat, 17 Oktober 2008


Mengkaji 5 jurus antisipasi krisis
oleh : Muhammad Chatib Basri (Direktur LPEM-FEUI)

Cetak Kirim ke Teman Komentar
Mereka yang pesimistis mengatakan ekonomi dunia saat ini dalam situasi yang paling sulit. Penilaian ini tidak sepenuhnya salah.

Di Indonesia, orang mulai bertanya-tanya apakah krisis 1997-1998 akan terulang? Situasinya saya kira berbeda.

Diversifikasi risiko, misalnya, saat ini lebih baik. Sebelum krisis 1997-1998, kita terbiasa dengan nilai tukar mengambang terkendali. Tidak ada gunanya melakukan hedging, karena toh rupiah secara teratur hanya terdepresiasi 5% setahun.

Saat ini, nilai tukar bergerak bebas, pelaku ekonomi praktis mulai membiasakan diri untuk menempatkan asetnya dalam berbagai bentuk, termasuk mata uang asing dan berbagai instrumen lain.

Jadi, jika terjadi kejutan dalam nilai tukar, kepanikan tidak akan sebesar pada 1997, di mana aset hanya terkonsentrasi dalam nilai rupiah. Selain itu, ada perbedaan yang mendasar antara krisis ekonomi pada 1997-1998 dan situasi saat ini.

Krisis ekonomi pada 1997-1998 adalah home grown but not home alone, ia tumbuh dan berkembang karena persoalan domestik, walaupun kita tidak sendiri. Sementara itu, gejolak saat ini sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal yang terjadi di AS.

Oleh karena itu, dalam situasi saat ini betapapun kuatnya fundamental suatu negara, ia tidak akan sepenuhnya immune terhadap krisis keuangan di AS. Akibat krisis keuangan itu, balance sheet perbankan di AS mengalami tekanan dan membutuhkan dana yang besar untuk rekapitalisasi. Selengkapnya

Rabu, 17 Oktober 2007

10 tahun setelah krisis-MCB

Berikut tulisan pendek saya mengenai 10 tahun krisis yang diterbitkan di Special Issue JBIC Today . Lihat juga diskusi menarik dari Takatoshi Ito dan Masahiro Kawai etc. di dalam terbitan ini, mengenai krisis Asia.
Old Post ►
 

Copyright 2012 Info Ekonomi Mancanegara: Krisis ekonomi Template by Bamz | Publish on Bamz Templates